Evaluasi Kebijakan Tarif Angkutan Perkotaan Di Kota Sukabumi Pada Era Disrupsi
Main Article Content
Abstract
Era disrupsi disematkan pada era revolusi industri 4.0 karena pada era ini banyak industri yang belum menerapkan digitalisasi pada operasional bisnisnya kalah bersaing dengan industri serupa yang telah menerapkan digitalisasi. Hal ini terjadi karena industri yang telah menerapkan layanan digitalisasi memiliki kelebihan yang khas yaitu kemudahan menjangkau konsumen dan dijangkau oleh konsumen, serta kemudahan dan efisiensi dalam transaksi. Di Indonesia, khususnya di Kota Sukabumi, salah satu industri yang diduga terdisrupsi pada era ini adalah industri angkutan perkotaan (angkot). Angkot merupakan industri kecil dan menengah serta satu-satunya sarana transportasi massal dalam Kota Sukabumi yang menurut pandangan penulis perlu dipertahankan keberadaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman kondisi bisnis angkutan perkotaan di Kota Sukabumi saat ini. Pengemudi angkot dijadikan populasi dalam penelitian ini karena mereka adalah bagian dari bisnis angkutan perkotaan yang keuntungannya sangat tergantung pada variasi omset (volume penumpang yang didapatkan). Adapun pemilik kendaraan tidak termasuk dalam populasi penelitian dikarenakan pendapatan mereka tetap oleh sebab mereka menerapkan sistem sewa kepada pengemudi yang mengoperasikan kendaraan mereka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Sukabumi (cq. Dinas Perhubungan) dalam menetapkan regulasi kepada bisnis angkutan perkotaan dimana salah satunya adalah penetapan tarif per penumpang. Untuk mencapai tujuan penelitian, survei dilakukan dengan mewawancarai pengemudi angkot di Kota Sukabumi. Diambil sampel sejumlah 248 dari total populasi 656 supir angkot di seluruh Kota Sukabumi, yang berarti margin of error 5%. Data diambil pada satu waktu (tahun yang sama) yaitu Tahun 2019, sehingga data penelitian ini adalah data cross section. Variabel yang ditanyakan merupakan variabel yang dapat diobservasi (observed variable) sehingga menghasilkan data primer dengan skala ukur rasio. Data primer yang diperoleh tersebut dianalisis dengan kombinasi analisis statistika deskriptif dan aljabar linier sederhana. Diperoleh hasil penelitian, biaya tetap yang dikeluarkan supir angkot di Kota Sukabumi rata-rata Rp 128.112 per hari. Biaya variabel rata-rata per hari Rp 208.035. Pendapatan kotor rata-rata per hari Rp 284.900 dengan tarif yang berlaku saat ini sebesar Rp 4.000 dapat dihitung rata-rata jumlah penumpang per hari adalah 71 orang. Break Even Point dalam rupiah sebesar Rp 4.735. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bisnis angkutan perkotaan di Sukabumi sudah terdisrupsi, disarankan Pemerintah Kota Sukabumi meningkatkan tarif dengan tidak kurang dari Rp 4.735 per penumpang.
Kata kunci— Analisis Titik Impas; dampak revolusi industri 4.0.